kau yg ku kenal lwt fb dan dekat krn bbm
kisah kisah....
berawal karna kita mengerti arti kecewa
berawal dari kamu memahami perasaanku
berawal karna kamu suka bercanda
berawal dari senyummu yg membuatku merindu
kau seseorang yg belum pernah ku lihat
kau seseorang yg hanya ku kenal dari suara
kau seseorang yg sllu membuatku penasaran
kau seseorang yg sllu mendengar curhatku wlu terkadang kau jemu
ku tak tau ap yg kurasakan
ku sllu memikirkanmu sosok yg belum pernah ku kenal
ku sllu tersenyum bersamamu
ku sllu ingin mendengar suaramu walau hanya sesaat
ku benar2 jatuh hati padamu
tak henti ny hatiku dan pikiranku membicarakanmu
ku benar2 penasaran dan rindu ingin ketemu
apakah kau merasakan hal yg sama ku mencintaimu
By chindy putriansyah
Wednesday, September 5, 2012
Sunday, September 2, 2012
cerita kita...........
dering tlp ...ku dengar tp takku angkat krn ku tau cp yg tlp berulang2 lagu itu terputar ku hanya dpt diam seakan2 tdk mendengar tlp..
terdengar bunyi tlp tanda ad sms masuk..ku tau itu pasti sms dari kamu...ku buka dan ku baca...
my gpaen?dh mam lom?my aby lelah dalam penantian ini..aby rindu nian.ap kah umy ga mau angkt tlp aby lg.sibuk nian apo my.angktlh sebentar bae..
mengalir air mataku membacanya ya allah hamba tlah menyakiti hati seseorg yg menyayangi hamba..
terdengar tlp berbunyi..ku angkat terdengar suara bahagia di sn...
terdengar begitu semangat seakan byk cerita yg ingin dia sampai ku hya dpt diam...detik berikutnya dia lalu berkata sedikt lemah....
aby kangen my ap amy masih menghukum aby...kerinduan in menyiksa aby tdk kuat....
ku gigit bi2r agar airmata ini tdk terjatuh tetap mencoba tenang dan tersenyum berkata dgn tegar ..lepaskan jk terasa berat..dgn kata yg tergesa2 dia berkata tdk umy aby dptkan dlm penantian panjang takkan pernah aby lepaskan aby tdk merasa berat my aby bahagia dlm penantian ini hya rindu jk tdk mendengar suara umy....
dgn bersungguh2 dia mengajak ku bersumpah akan cinta ini tdk akan ad yg lain menyakinkan hati ini bahwa diriku adlh pemilik dirinya utuh...hbs masa pendidikan selang 3 bulan menikah...ya allah dia mengitu indah merencanakan semua ...
ku hanya bisa diam dan berkata dalam hati by umy ga pantas utk aby...aby berhak mendapatkan lebih baik dari umy...umy bukan gadis yg dulu aby kenal di masa SMU...
ku tahan airmata ini mencoba tenang dan menahan perih ini...dalam hatiku ku berkata maafkan umy by...tlh jht ....tlh menyakiti aby..maafkan umy lupakan umy by...tp hya bs dlm hati tak berani mengucapkanny dan ju2r....
menurut kalian ap yg harus aku lakukan????
dering tlp ...ku dengar tp takku angkat krn ku tau cp yg tlp berulang2 lagu itu terputar ku hanya dpt diam seakan2 tdk mendengar tlp..
terdengar bunyi tlp tanda ad sms masuk..ku tau itu pasti sms dari kamu...ku buka dan ku baca...
my gpaen?dh mam lom?my aby lelah dalam penantian ini..aby rindu nian.ap kah umy ga mau angkt tlp aby lg.sibuk nian apo my.angktlh sebentar bae..
mengalir air mataku membacanya ya allah hamba tlah menyakiti hati seseorg yg menyayangi hamba..
terdengar tlp berbunyi..ku angkat terdengar suara bahagia di sn...
terdengar begitu semangat seakan byk cerita yg ingin dia sampai ku hya dpt diam...detik berikutnya dia lalu berkata sedikt lemah....
aby kangen my ap amy masih menghukum aby...kerinduan in menyiksa aby tdk kuat....
ku gigit bi2r agar airmata ini tdk terjatuh tetap mencoba tenang dan tersenyum berkata dgn tegar ..lepaskan jk terasa berat..dgn kata yg tergesa2 dia berkata tdk umy aby dptkan dlm penantian panjang takkan pernah aby lepaskan aby tdk merasa berat my aby bahagia dlm penantian ini hya rindu jk tdk mendengar suara umy....
dgn bersungguh2 dia mengajak ku bersumpah akan cinta ini tdk akan ad yg lain menyakinkan hati ini bahwa diriku adlh pemilik dirinya utuh...hbs masa pendidikan selang 3 bulan menikah...ya allah dia mengitu indah merencanakan semua ...
ku hanya bisa diam dan berkata dalam hati by umy ga pantas utk aby...aby berhak mendapatkan lebih baik dari umy...umy bukan gadis yg dulu aby kenal di masa SMU...
ku tahan airmata ini mencoba tenang dan menahan perih ini...dalam hatiku ku berkata maafkan umy by...tlh jht ....tlh menyakiti aby..maafkan umy lupakan umy by...tp hya bs dlm hati tak berani mengucapkanny dan ju2r....
menurut kalian ap yg harus aku lakukan????
Wednesday, August 8, 2012
Pernah ada cerita di antara kitaTinggal kenangan
tapi Kini tinggal kenangan
Ingin kulupakan semua tentang dirimu
Namun ku tak mampu melupakanmu
Jauh kau pergi meninggalkan diriku
Di sini aku merindukan dirimu
Kini ku coba menjalani hidup tanpamu
Namun tak pernah seindah saat bersama mu
kini yang ku lihat selalu adalah batu nisanmu
setiap kali ku ingat kamu air mataku jatuh ku merindukanmu
oooooo adikku.......tenanglah disana dan sampaikan keinginanku....
ku ingin bersamamu jemput aku...............
penyesalan waktu
ku ingin memutar waktudisaat kau masih di sini bersamaku
bercanda bahagia bersama hingga lupa waktu
ku ingin waktu itu kembali lagi
di saat kau masih tertawa bukan diam seperti ini
senyummu marahmu ku rinduii
ku ingin waktu berhenti dan tak pernah berputar lagi
di saat kau pergi meninggalkan dunia ini
ku pun ingin ikut kamu pergi
dunia ini tak asik lagi
dunia ini membosankan bagiku
dunia tak seru lagi seperti dulu
ku ingin kau kembali....kembali lah
ku menyesali waktu
seandainya ku tau waktumu tak banyak
takkan sedetikpun ku sia siakan
ku membenci waktu yg tidak memberitahuku
batas waktu hidupmu hanya sesaat
ku takkan pernah membuat tanggis di matamu
ini hampir tahun ke 4 ke pergianmu
ku lelah tapi ku tak ingin kalah oleh waktu
ku tak ingin meninggalkanmu wlu ku tak setiap saat melihatmu
ku di sini sangat letih bukan hanya pikiran tp jiwaku
tapi ku tak ingin selangkah pun meninggalkan kota ini
karna disinilah ku mengerti derita bathinmu
ku bs merasa dekat denganmu walau alam kita berbeda
di bawah batu nisanmu ku menanggis keras
tuk mendapatkan tenaga baru ...siap melangkah wlu terluka
dan berkata dalam hati....sampaikan keinginanku
cepat panggil aku.............tuk menghadap Nya
ku jemu.................ku lelah .......................
rangkul aku dekap aku Ya Allah................
jemputlah aku Ya Allah ...............
Monday, August 6, 2012
"saat hadirmu"
tanpa di sengaja kita saling kenal
tanpa di sadari kita semakin dekat
bercanda lewat dunia maya ternyata membuat kita akrab
benih benih cinta itu pun bersemi di hati
kau membuat aku lupa akan luka
kau membuat aku tersenyum bahagia
tanpa di sadari rasa cemburu hadir
mengusik hati ini ...ku tak ingin kau pergi
tanpa di sengaja kita saling kenal
tanpa di sadari kita semakin dekat
bercanda lewat dunia maya ternyata membuat kita akrab
benih benih cinta itu pun bersemi di hati
kau membuat aku lupa akan luka
kau membuat aku tersenyum bahagia
tanpa di sadari rasa cemburu hadir
mengusik hati ini ...ku tak ingin kau pergi
Sunday, July 29, 2012
Harusnya Aku, Bukan DiaSetiap kali aku mendengar lagu itu, entah kenapa aku selalu teringat SAKA. Yach, cowok itu adalah sahabat terbaikku semenjak aku duduk di bangku SMA. Terkadang banyak sekali teman-teman yang salah mengartikan hubungan kita, karena dimata teman-temanku,TiWi dan Saka adalah dua sejoli yang saling mencintai dan saling menyayangi. Bagaimana tidak, hubungan persahabatan kita sering diwarnai kisah-kisah romantis yang spontan dan tidak sengaja sering kita pertontonkan didepan teman-teman sekelas.
Teringat akan masalalu yang kita lewati
Terasa indah, sejuk meresap didalam sanubari
Walau duka sempat singgah, hadapi bersama
Bahagia slalu dihatiku
Kini hilanglah sudah kisah, tinggallah kenangan
Saat dia datang, menghampirimu dengan segala janji
Berikan sudah semua atas nama cinta
Hapuskan cerita kita
Saat itu Rizal temen sekalasku, menjahiliku dengan memasukkan kucing di tas kesayanganku, aku nich benci banget sama kucing. Eh malah tuh anak masukin kucing di tas kesayanganku. Tanpa pikir panjang, aku langsung menjerit dan melempar tasku jauh-jauh dariku. “waaaa… siapa yang naruh tuh kucing di tasku..?” gayaku sambil bertolak pinggang didepan kelas. “hahaha… Tiwi Tiwi, sama kucing aja takut, malu-maluin banget sih..!” jawab Rizal dengan mata jailnya. “ouw, berarti kamu yang njailin aku Zal” akupun langsung mnghampiri bangkunya “keluarin tuh kucing atau aku bakal laporin kamu sama anggota pelindung kucing. Biar kamu ditangkep tyuz dipenjara bareng kucing-kucing ganas yang udah pernah makan manusia..!” “hahaha… mana ada tuh kucing pemakan manusia. kebanyakan nonton film kartun nech.” “Rizal, aku gag mau tau yah. Sekarang keluarin tuh kucing dari tas kesayanganku. Cepet..!” “males banget, kluarin aja sendiri.” Gayanya
sok cuek. Tak lama, Saka masuk kelas. “ada apa sih Wi..? jeritan kamu kedenger sampek kantin tuh, keras baget sih” “agh lebay kamu Ka, kantin sama kelas kita nih kan jaraknya jauh banget.” Jawabku dengan ekspresi sama sekali gag mood buat diajak bercanda. “kamu kenapa sih..?” “neh si Rizal, dia masukin kucing di tasku. Aku kan geli banget sama tuh kucing. Disuruh buat ngluarin tuh kucing malah gag mau. Njengkelin banget kan..!” gerutuku. Rizal yang saat itu ada di depanku malah senyum-senyum kayak orang gag punya dosa. “Apa`an sih kamu Zal, udah tau Tiwi benci banget yang namanya kucing. Pake acara njahilin dia sama kucing segala. Sekarang kluarin tuh kucing, atau kamu yang bakal aku buat kluar dari sini..!” ancam Saka dengan sok jantannya. “ya`elah Ka Ka, biasa aja kale`. Toh aku Cuma becanda.” “iya tapi becandamu kelewatan tau`…! Cepet kluarin tuh kucing..!” “iya iya…” jawab Rizal yang pada akhirnya menyerah dengan
keteguhannya, dan saat itu aku yang masih memasang ekspresi ngambek langsung ditarik keluar kelas oleh Saka dengan menggandeng tanganku. Setelah diluar kelas “udah gag usah ngambek lagi, tambah jelek tau` kalau kamu masang muka kayak gitu…!” “masih kesel tau` sama si Rizal” “yaudah, Rizal udah ngluarin tuh kucing dari tasmu kan.” “tapi masih kesel Saka..” “Tiwi, Rizal kan Cuma becanda. Maafin dia yach..!” rayunya dengan nada sok manis. “Tiwi, senyum dong..! hmz..gag ada kaca yah..? liat tuh mukamu kalo pas lagi nagmbek gini jadi keliatan tambah jelek. Ayow senyum..!” dan akupun mengembangkan senyumku dengan terpaksa. “ih, senyumnya maksa gitu. Jadi tambah kayak badut tuch” akupun akhirnya mulai sebel plus sedikit geli mendengar guyonannya “apa`an sich kamu…!” responku sambil memukul lengan Saka secara perlahan dengan senyumanku yang mulai mengembang pastinya. “nah, kalo` senyum gini kan jeleknya jadi gag keliatan
banget” “maksudnya, aku masih tetep jelek kalo udah senyum kayak gini.” “ea, itu kan udah ciptaan dari Tuhan Wi, jadi aku gag mungkin bisa bo`onglah. Beda sama aku, Saka yang udah dari sananya ganteng, meski dibagaimana`in juga tetep ganteng. hehehe” godanya kali ini. “ich, narsis banget sih kamu” jawabku sok cuek “halah, tinggal ngaku iya ajah susah banget sih. Ayow jawab iya dong..!” “gag, Saka jelek Saka jelek.. wlek…!” sambil menjulurkan lidahku dan aku berlari memasuki kelas, Sakapun juga mengikutiku dari belakang. Sesampai dikelas “Wi, akui dong kalo aku ganteng…” “gag agh, Saka tuh sekali jelek tetep jelek. Udah jelek narsis lagi” “Wi, apa susahnya sih bilang kalo aku itu ganteng..?”sambil memasang wajah dan nada suara yang sok melas “ya susahlah, orang kamu jelek kog” “agh, Tiwi gag asik. Ngambek deh ngambek” sekarang dia memasang ekspresi yang sok ngambek dengan bibir manyunnya “terserah lo…!”
responku yang sekali lagi dengan menjulurkan lidahku. Tak sadar, ternyata saat kita berdua melakukan guyonan itu semua mata teman-teman sekelas tertuju pada kita berdua. “prasaan baru lima menit yang lalu si Tiwi ngambek tingkat berat dech. Kog sekarang jadi aneh gini sih.” Cletuk Sinta, teman sekelasku “yaelah, kayak gag tau mereka aja sih kamu Sin. Mereka kan udah ada udang dibalik rempeyek tuh” cletuk Rizal mulai ngajak perang lagi “Eh, apa`an si kamu Zal, prasaan dari tadi kayaknya udah mau ngajak ribut” komentarku kini. “udahlah Tiwi sayang. Biarin aja, mereka tuh syirik sama kita.” Nada Saka dengan sok lembutnya yang seakan-akan saat itu aku memang -sesuatu- untuknya. “norak agh” “jiaah, kampungan lo” “waduh waduh, pusing dah” kini satu per satu teman-teman sekelasku mulai merespon ucapan Saka. Hmz, memang kampungan sih. Tapi bisa dibilang –sesuatu dech- hehehe.
Saka memang orang yang paling bisa ngerti`in aku dibanding sama temen-temenku yang lain. Bahkan feelnya padaku selalu tepat sasaran. Suatu hari selepas pulang sekolah aku berjalan sendiri melewati kebun yang tak ter-urus keberadaannya, dipertengahan jalan ternyata aku dihadang oleh 2 preman yang tiba-tiba menodongku. “heh. Cepet kasih duit atau apapun barang berharga lo ke gue..!” bentak salah satu preman itu dengan menodongkan pisau siletnya ke arahku, sedang yang satunya memastikan kondisi disekitar kejadian. “e…e… bang…maaf, aku gag ada uang buat dikasih ke abang” jawabku dengan nada gugup karna ketakutan “lo kira gue gag tau kalo anak-anak yang sekolah di tempat lo itu anak-anak orang kaya. Ahg kelamaan lo” preman itupun langsung merebut tasku yang saat itu berusaha dengan sangat susah payah aku pegang sangat erat, dan langsung mengobrak-abrik isi tasku. Aku yang saat itu memang diposisi terjepit dan ketakutan, gag bisa melawan para
preman itu, aku hanya bisa diam, takut, dan berdo`a berharap bala bantuan datang menghampiriku. Dan syukur ternyata Saka datang buat aku “woi, jangan beraninya sama cewek aja. Lagian percuma aja ngobrak-abrik tas itu sampek jelekpun kalian gag bakal nemuin barang berharga disana..!” teriaknya dengan lagak sok nantang para preman-preman itu. “siapa lo..? udah lo minggir sana, anak ingusan kayak lo sama sekali gag pantang buat nantang kita.” Bentak preman itu pada Saka “maaf ya bang, tolong balikin tas itu sama pemiliknya. Atau aku bakal ngambil tas itu secara paksa dari tangan abang..!” kini Saka terlihat begitu serius dengan ucapannya “lo kira gue takut apa sama lo..! sini maju lo…!” dan preman itupun menantang Saka untuk mengajaknya beradu kekuatan, hmz untung si Saka itu anggota ekskul bela diri, jadi dia dengan beraninya melawan dua preman tersebut dengan jurus-jurus bela dirinya, sedang aku yang melihat kejadian itu hanya bisa
diam, syok, seakan aku merasa ini mimpi apa bukan sih…? Kog serem amat adegan berantemnya, jadi kayak sinetron-sinetron. Eh, lebih parah ding. Dan Saat itu aku benar-benar was was melihat Saka melawan dua preman tersebut, dan prasaan itu semakin bertambah parah karna salah satu dari preman tersebut membawa pisau silet yang tadi sempat digunakannya untuk menodongku. Beruntung tak lama sejak kejadian itu berlangsung, datang segerombolan teman-teman sekolahku dan sejumlah warga sekitar yang membantu Saka dan akhirnya bisa melumpuhkan para preman jalanan itu. “kamu gag papa Wi..?” Tanya Saka dengan penuh kecemasan, saat itu aku memang benar-benar merasa ketakutan hingga spontan aku langsung memeluk Saka dan menangis di dadanya “aku takut Ka” “udah-udah, premannya udah ketangkep kog. tuh preman bakal langsung dibawa ke kantor polisi kog. Jadi kamu tenang ya Wi.” Ucapnya sambil mengelus punggungku yang memang saat itu aku masih memeluk erat
tubuh Saka. “udah ah, gag usah nangis gitu, jelek tau`..!” sambungnya sambil mengusap air mataku yang masih deras mengalir di pipiku “sekarang kita pulang, biar aku yang nganter kamu nyampek rumah” “hmz, makasih ea Ka” kini rasa takut itu berangsur mulai menghilang, dan akupun melepas pelukanku “iya, makanya lain kali kudu lebih hati-hati. Gag usah pake acara sok berani jalan sendiri ditempat sepi.” “iya deh iya, maaf. Janji deh gag bakal ngulangin lagi. Udah trauma ini” “ea jangan trauma juga Wi, ntar malah jadi aku yang repot kudu nganter kamu pulang pergi tiap hari gara-gara kamu trauma” gayanya mulai meledek “ya gag juga lah Ka, udah deh gag usah becanda, masih takut nih.” “iya iya, maaf. Yaudah yuk pulang..!” Sakapun menggandeng tanganku, sekali lagi adegan itu dilihat oleh beberapa teman-temanku yang berada ditempat kejadian perkara.
Dan masih banyak lagi kejadian-kejadian improv romantis lainnya yang meyakinkan teman-temanku untuk berdalil “Tiwi dan Saka itu dua sejoli gag sih..?.” dan selalu kami dengarn serempak menjawab “menurut loe..?” dan membiarkan teman-teman sekelas berdecak heran melihat tingkah laku kita berdua.
Tapi itu hanya cerita lalu, saat Niken anak baru disekolah kita datang. Sebelum Niken menjadi satu kelas bersama aku dan Saka. Dan sebelum Niken perlahan merebut perhatianku terhadap Saka. Niken memang anak yang baik, pinter dan yang lebih mengagumkan lagi dia termasuk finalis gadis sampul dari salah satu majalah terkenal di Jakarta, jadi tak heran Niken selalu terlihat cantik dimanapun dan bagaimanapun kondisinya.
Hingga Saka perlahan meniggalkanku demi menemani hari-hari Niken yang lebih berwarna. Dan saat itu pula aku merasakan Saka tidak menjadi sahabatku lagi, untuk lebih tepatnya cintaku yang selama ini terpendam yang tak berani aku tuk mengutarakannya kini telah meninggalkanku. Harus ku akui, kini aku mencintai Saka. Namun apa yang tengah aku rasakan saat ini, yang terjadi adalah keberuntungan sedang tak berpihak kepadaku, saat ku tahu ternyata Saka menyimpan asa besar yang terpendam untuk bisa memiliki Niken sang gadis cantik itu. Hingga pada akhirnya, Saka bisa mewujudkan keinginannya itu untuk bisa memiliki Niken, yah. Mereka jadian.
Sedang aku, hanya bisa terpuruk meratapi penyesalanku akan rasa cinta yang bertepuk sebelah tangan ini. Hingga kini aku berusaha untuk melupakan cinta, rindu dan rasa sayangku terhadap Saka. Karena aku hanya bisa menjadi sebatas sahabatnya yang pernah hadir dalam kehidupan masa SMAnya.
aku ingin menyintaimu sederhana
|
|
Aku
memandang kalender yang terletak di meja dengan kesal. Sabtu, 30 Maret
2002, hari ulang tahun perkawinan kami yang ketiga. Dan untuk ketiga
kalinya pula Aa lupa. Ulang tahun pertama, Aa lupa karena harus rapat
dengan direksi untuk menyelesaikan beberapa masalah keuangan perusahaan.
Sebagai Direktur keuangan, Aa memang berkewajiban menyelesaikan masalah
tersebut. Baiklah, aku maklum. Persoalan saat itu memang lumayan pelik.
Ulang
tahun kedua, Aa harus keluar kota untuk melakukan presentasi.
Kesibukannya membuatnya lupa. Dan setelah minta maaf, waktu aku
menyatakan kekesalanku, dengan kalem ia menyahut, Dik, toh aku sudah
membuktikan cintaku sepanjang tahun. Hari itu tidak dirayakan kan tidak
apa-apa. Cinta kan tidak butuh upacara
Sekarang, pagi-pagi
ia sudah pamit ke kantor karena harus menyiapkan beberapa dokumen
rapat. Ia pamit saat aku berada di kamar mandi. Aku memang sengaja tidak
mengingatkannya tentang ulang tahun perkawinan kami. Aku ingin
mengujinya, apakah ia ingat atau tidak kali ini. Nyatanya? Aku menarik
napas panjang.
Heran,
apa sih susahnya mengingat hari ulang tahun perkawinan sendiri? Aku
mendengus kesal. Aa memang berbeda dengan aku. Ia kalem dan tidak
ekspresif, apalagi romantis. Maka, tidak pernah ada bunga pada
momen-momen istimewa atau puisi yang dituliskan di selembar kertas merah
muda seperti yang sering kubayangkan saat sebelum aku menikah.
Sedangkan
aku, ekspresif dan romantis. Aku selalu memberinya hadiah dengan
kata-kata manis setiap hari ulang tahunnya. Aku juga tidak lupa
mengucapkan berpuluh kali kata I love you setiap minggu. Mengirim
pesan, bahkan puisi lewat sms saat ia keluar kota. Pokoknya, bagiku
cinta harus diekspresikan dengan jelas. Karena kejelasan juga bagian
dari cinta.
Aku tahu, kalau aku mencintai Aa, aku harus menerimanya apa adanya. Tetapi,
masak sih orang tidak mau berubah dan belajar? Bukankah aku sudah
mengajarinya untuk bersikap lebih romantis? Ah, pokoknya aku kesal
titik. Dan semua menjadi tidak menyenangkan bagiku. Aku uring-uringan.
Aa jadi benar-benar menyebalkan di mataku. Aku mulai menghitung-hitung
waktu dan perhatian yang diberikannya kepadaku dalam tiga tahun
perkawinan kami. Tidak ada akhir minggu yang santai. Jarang sekali kami
sempat pergi berdua untuk makan malam di luar. Waktu luang biasanya
dihabiskannya untuk tidur sepanjang hari. Jadilah aku manyun sendiri hampir setiap hari minggu dan cuma bisa memandangnya mendengkur dengan manis di tempat tidur.
Rasa
kesalku semakin menjadi. Apalagi, hubungan kami seminggu ini memang
sedang tidak baik. Kami berdua sama-sama letih. Pekerjaan yang bertumpuk
di tempat tugas kami masing-masing membuat kami bertemu di rumah dalam
keadaan sama-sama letih dan mudah tersinggung satu sama lain. Jadilah,
beberapa kali kami bertengkar minggu ini.
Sebenarnya,
hari ini aku sudah mengosongkan semua jadual kegiatanku. Aku ingin
berdua saja dengannya hari ini dan melakukan berbagai hal menyenangkan.
Mestinya, Sabtu ini ia libur. Tetapi, begitulah Aa. Sulit sekali baginya
meninggalkan pekerjaannya, bahkan pada akhir pekan seperti ini.
Mungkin, karena kami belum mempunyai anak. Sehingga ia tidak merasa
perlu untuk meluangkan waktu pada akhir pekan seperti ini.
Hen,
kamu yakin mau menerima lamaran A Ridwan? Diah sahabatku menatapku
heran. Kakakku itu enggak romantis, lho. Tidak seperti suami romantis
yang sering kau bayangkan. Dia itu tipe laki-laki serius yang hobinya
bekerja keras. Baik sih, soleh, setia Tapi enggak humoris. Pokoknya,
hidup sama dia itu datar. Rutin dan membosankan. Isinya cuma kerja,
kerja dan kerja Diah menyambung panjang lebar. Aku cuma senyum-senyum
saja saat itu. Aa memang menanyakan kesediaanku untuk menerima lamaranku
lewat Diah.
Kamu
kok gitu, sih? Enggak senang ya kalau aku jadi kakak iparmu? tanyaku
sambil cemberut. Diah tertawa melihatku. Yah, yang seperti ini mah tidak akan dilayani. Paling ditinggal pergi sama A Ridwan. Diah tertawa geli. Kamu belum tahu kakakku, sih! Tetapi,
apapun kata Diah, aku telah bertekad untuk menerima lamaran Aa. Aku
yakin kami bisa saling menyesuaikan diri. Toh ia laki-laki yang baik.
Itu sudah lebih dari cukup buatku.
Minggu-minggu
pertama setelah perkawinan kami tidak banyak masalah berarti. Seperti
layaknya pengantin baru, Aa berusaha romantis. Dan aku senang. Tetapi,
semua berakhir saat masa cutinya berakhir. Ia segera berkutat dengan
segala kesibukannya, tujuh hari dalam seminggu. Hampir tidak ada waktu
yang tersisa untukku. Ceritaku yang antusias sering hanya ditanggapinya
dengan ehm, oh, begitu ya Itupun sambil terkantuk-kantuk memeluk
guling. Dan, aku yang telah berjam-jam menunggunya untuk bercerita
lantas kehilangan selera untuk melanjutkan cerita.
Begitulah aku berusaha mengerti dan menerimanya. Tetapi pagi ini, kekesalanku kepadanya benar-benar mencapai puncaknya. Aku izin ke rumah ibu. Kukirim sms singkat kepadanya. Kutunggu. Satu jam kemudian baru kuterima jawabannya. Maaf, aku sedang rapat. Hati-hati. Salam untuk Ibu.
Tuh, kan. Lihat. Bahkan ia membutuhkan waktu satu jam untuk membalas
smsku. Rapat, presentasi, laporan keuangan, itulah saingan yang merebut
perhatian suamiku.
Aku
langsung masuk ke bekas kamarku yang sekarang ditempati Riri adikku.
Kuhempaskan tubuhku dengan kesal. Aku baru saja akan memejamkan mataku
saat samar-samar kudengar Ibu mengetuk pintu. Aku bangkit dengan malas.
Kenapa
Hen? Ada masalah dengan Ridwan? Ibu membuka percakapan tanpa basa-basi.
Aku mengangguk. Ibu memang tidak pernah bisa dibohongi. Ia selalu
berhasil menebak dengan jitu.
Walau
awalnya tersendat, akhirnya aku bercerita juga kepada Ibu. Mataku
berkaca-kaca. Aku menumpahkan kekesalanku kepada Ibu. Ibu tersenyum
mendengar ceritaku. Ia mengusap rambutku. Hen, mungkin semua ini salah
Ibu dan Bapak yang terlalu memanjakan kamu. Sehingga kamu menjadi
terganggu dengan sikap suamimu. Cobalah, Hen pikirkan baik-baik. Apa
kekurangan Ridwan? Ia suami yang baik. Setia, jujur dan pekerja keras.
Ridwan itu tidak pernah kasar sama kamu, rajin ibadah. Ia juga baik dan
hormat kepada Ibu dan Bapak. Tidak semua suami seperti dia, Hen. Banyak
orang yang dizholimi suaminya. Naudzubillah! Kata Ibu.
Aku
terdiam. Yah, betul sih apa yang dikatakan Ibu. Tapi Bu, dia itu
keterlaluan sekali. Masak Ulang tahun perkawinan sendiri tiga kali lupa.
Lagi pula, dia itu sama sekali tidak punya waktu buat aku. Aku kan
istrinya, bu. Bukan cuma bagian dari perabot rumah tangga yang hanya
perlu ditengok sekali-sekali. Aku masih kesal. Walaupun dalam hati aku
membenarkan apa yang diucapkan Ibu.
Ya,
selain sifat kurang romantisnya, sebenarnya apa kekurangan Aa? Hampir
tidak ada. Sebenarnya, ia berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakanku
dengan caranya sendiri. Ia selalu mendorongku untuk menambah ilmu dan
memperluas wawasanku. Ia juga selalu menyemangatiku untuk lebih rajin
beribadah dan selalu berbaik sangka kepada orang lain. Soal kesetiaan?
Tidak diragukan. Diah satu kantor dengannya. Dan ia selalu bercerita
denganku bagaimana Aa bersikap terhadap rekan-rekan wanitanya di kantor.
Aa tidak pernah meladeni ajakan Anita yang tidak juga bosan menggoda
dan mengajaknya kencan. Padahal kalau mau, dengan penampilannya yang
selalu rapi dan cool seperti itu, tidak sulit buatnya menarik perhatian lawan jenis.
Hen,
kalau kamu merasa uring-uringan seperti itu, sebenarnya bukan Ridwan
yang bermasalah. Persoalannya hanya satu, kamu kehilangan rasa syukur
Ibu berkata tenang.
Aku
memandang Ibu. Perkataan Ibu benar-benar menohokku. Ya, Ibu benar. Aku
kehilangan rasa syukur. Bukankah baru dua minggu yang lalu aku membujuk
Ranti, salah seorang sahabatku yang stres karena suaminya berselingkuh
dengan wanita lain dan sangat kasar kepadanya? Bukankah aku yang
mengajaknya ke dokter untuk mengobati memar yang ada di beberapa bagian
tubuhnya karena dipukuli suaminya?
Pelan-pelan,
rasa bersalah timbul dalam hatiku. Kalau memang aku ingin menghabiskan
waktu dengannya hari ini, mengapa aku tidak mengatakannya jauh-jauh hari
agar ia dapat mengatur jadwalnya? Bukankah aku bisa mengingatkannya
dengan manis bahwa aku ingin pergi dengannya berdua saja hari ini.
Mengapa aku tidak mencoba mengatakan kepadanya, bahwa aku ingin ia
bersikap lebih romantis? Bahwa aku merasa tersisih karena kesibukannya?
Bahwa aku sebenarnya takut tidak lagi dicintai?
Aku
segera pamit kepada Ibu. Aku bergegas pulang untuk membereskan rumah
dan menyiapkan makan malam yang romantis di rumah. Aku tidak
memberitahunya. Aku ingin membuat kejutan untuknya.
Makan
malam sudah siap. Aku menyiapkan masakan kegemaran Aa lengkap dengan
rangkaian mawar merah di meja makan. Jam tujuh malam, Aa belum pulang.
Aku menunggu dengan sabar. Jam sembilan malam, aku hanya menerima
smsnya. Maaf aku terlambat pulang. Tugasku belum selesai. Makanan di meja sudah dingin. Mataku sudah berat, tetapi aku tetap menunggunya di ruang tamu.
Aku
terbangun dengan kaget. Ya Allah, aku tertidur. Kulirik jam dinding,
jam 11 malam. Aku bangkit. Seikat mawar merah tergeletak di meja. Di
sebelahnya, tergeletak kartu ucapan dan kotak perhiasan mungil. Aa
tertidur pulas di karpet. Ia belum membuka dasi dan kaos kakinya.
Kuambil kartu ucapan itu dan kubuka. Sebait puisi membuatku tersenyum.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Lewat kata yang tak sempat disampaikan
Awan kepada air yang menjadikannya tiada
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu. *
|
Subscribe to:
Posts (Atom)